Aku Makanan Sehat

Aku Makanan Sehat
Oleh: ang



ilustrasi: ang

Riuh suara dari dapur, air di dalam ketel yang mendidih, sayuran yang di potong. Sepertinya Ibu Zahra sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Peralatan memasak tertata rapi di atas rak-rak. Piring bersih berbaris rapi, sendok dan garpu terdengar berdenting dimainkan seorang gadis kecil di meja makan yang sedang bersabar menanti makanan kesukaannya dihidangkan oleh ibundanya.

“Bun, aku mau telur mata sapi ya!” gadis kecil itu mengayun-ayunkan sendok dan memegangi perutnya, “Via lapar bun”
Suara pisau yang mencincang daging berhenti, “sabar sayang, sebentar lagi ya, bunda sedang menyiapkan daging kesukaan ayah nih”
“Kalau gitu, via mainan boneka dulu ya,” via berlari meninggalkan piring kosongnya menuju ke ruang tengah tempat boneka-bonekanya berada.

***

Di pojok dapur, di antara bahan-bahan dapur yang masih menunggu antrian diolah, ada telur, tahu dan tempe. Rona bahagia menghiasi wajah bahan-bahan itu.
“Aku bersyukur diciptakan sebagai telur,” telur yang sedang asyik memainkan bihun memulai pembicaraan.
Tempe dan tahu yang sedang asyik menghitung jumlah kedelai di tubuh tempe serentak menoleh ke sumber suara, bertanya- tanya maksud perkataan telur.
“Tentu saja, lihat saja betapa manusia suka memakanku. Karena aku bergizi, menjadikan tubuh mereka sehat. Anak-anak sangat menyukaiku jika aku digoreng mata sapi, tidakkah kalian dengar ucapan gadis kecil tadi,” telur tersenyum bangga.
Dahi tahu mengerut, “Kurasa tak hanya dirimu saja yang bergizi. Aku dan tempe pun sama bergizinya denganmu. Anak-anak juga menyukai kami, apalagi orang dewasa. Ibu-ibu sering berkreasi bermacam-macam resep makanan menggunakan kami”
Tempe mengangguk-angguk setuju dengan ucapan tahu, baginya dia juga sama bergizinya dengan kawan-kawannya itu. Mengapa mereka harus berselisih mengenai hal itu, dirinya tak mengerti, “apa menurutmu kami tak lebih baik bagimu telur?”
Telur duduk di antara teman-temannnya itu, lalu tersenyum usil,”aku bukan berkata seperti itu kawan. Coba kalian ingat-ingat kata-kataku tadi. Aku bersyukur diciptakan sebagai telur. Tentunya kalian pun bersyukur diciptakan sebagai tempe dan tahu bukan? “
“Tentu saja,” tahu dan tempe mengangguk serentak. Tempe menanyakan maksud dari perkataan telur tadi.
“Coba kalian bayangkan kalau kira diciptakan sebagai bahan makanan yang tidak sehat. Misalnya pewarna makanan atau pengawet makanan,” telur mulai menerawang membayangkan dirinya sebagai pewarna makanan.
Mata tempe menyipit, bergidik ngeri,” tidak mau ah, kasihan nanti anak-anak kalau kebanyakan makan yang bahan-bahan itu nanti mereka jadi tidak sehat.”
“Nah, itulah maksudku dengan bersyukur tadi.Dan tak hanya kalian yang digunakan untuk berkreasi resep, aku bahkan bisa menjadi kue.”

Tahu, tempe dan telur melanjutkan diskusi mereka tentang pentingnya bahan makanan sehat.


***
Suara sendok beradu menyemarakkan ruang makan, gadis kecil yang bernama Via tadi sangat lahap memakan telur mata sapi kesukaannya, “enak sekali bunda!” wajahnya berseri-seri.
Ayah dan bundanya tersenyum lebar menatap anaknya yang makan dengan lahap.
“Makan yang banyak ya sayang, makan makanan bergizi agar Via tumbuh dengan sehat dan jadi anak yang cerdas,” Bu Zahra mengelus kepala Via penuh kasih sayang.

terbit Majalah Al Falah Malang edisi Januari

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadi Blogger Profesional bersama ODOP Blogger Squad

Ganti Domain Blog-mu jadi .com dengan Mudah

Beri Makan Kucingmu dengan satu klik dari Handphonemu dengan Bardi Smart Pet Feeder!