Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Di Bagian Dunia Yang Lain

Gambar
Angka dua puluh tujuh yang kusandang saat ini penuh dengan dilema. Awan mendung yang berarak nampaknya mengerti gundah yang ada dalam hati, rasanya hujan di wajahku akan turun seiring tetesan berkah yang membasahi bumi. Beberapa minggu terakhir dadaku sering sesak, mungkinkah aku butuh menemui dokter untuk memeriksakan diri. Ah ... Nampaknya bukan dokter fisik melainkan pencipta para dokter, Sang Khaliq, Allah Yang Maha Mengetahui, termasuk isi hatiku yang penuh ini. Tinggal di daerah yang masih kental akan adat ini, menjadikanku bulan-bulanan pertanyaan keluarga tua, kenapa di usiaku yang telah lebih dari seperempat abad ini aku belum memiliki seorang pendamping hidup, padahal sudah banyak lelaki yang datang ke rumah untuk meminangku. Mungkin sudah seribu kali kujelaskan pada mereka, bahwa aku belum mendapatkan seseorang yang tepat. Allah sudah menyiapkan seseorang yang terbaik untukku dan dia belum datang. Sepertinya Allah memintaku untuk bersabar menunggu sembari menyelesaikan s

Kamu yang Kini Telah Dewasa

Gambar
Detik di mana bumi bahagia bersamanya, tersenyum merayakan kehadiranmu yang telah dinanti-nantinya. Matahari bersinar lebih terang berharap kelak kau akan menjadi sinar baginya. Burung-burung berceloteh mengabarkan pada dunia bahwa doa sang wanita telah dikabulkan. Hari pertama, kamu berada di rahimnya. Tempat teraman dan ternyaman bagimu sang pendatang baru di dunia, ringkih dan lemah. Masa bergulir, detik tak pernah melambat. Payah dirasakannya, lelah tiada terkira. Lantunan merdu tilawah terus diperdengarkan padamu. Sembilan kali bulan purnama, tak pernah sedikitpun desah lelah terdengar oleh alam. Hanya syukur yang terdengar oleh mereka. Walau harus dilaluinya pintu kematian, hanya kamu yang dipikiran. Hingga jerit pertamamu, lantunan alhamdulillah menggetarkan dunia. Bulan bersinar terang, dengkur terdengar tenang. Tapi tak untuknya, dengan mata setengah terpejam dibuainya kau dalam pelukan. Nina bobok diputar berulang-ulang, lelahnya telah terasah, hanya kamu yang dipikir

Musim Semi Gadis

Putih biru itulah yang menjadi saksi Bagaimana kebisuan itu terjadi Darah tak pernah santai bergerak Apalagi dada yang berdetak Anak laki-laki berkulit putih itu nampak tertawa lebar, sepertinya candaan yang diucapkan temanya sangat lucu. Ah ... Itu hanya perkiraanku saja, karena aku tak bisa mendengar apa yang sedang  dia dengarkan. Dia hanya bisa kulihat layaknya televisi bisu. “ Liatin dia lagi,” putri sahabat kentalku yang berambut keriting geleng-geleng kepala sembari duduk di sampingku. Kudengar dia menghela napas, mengeluhkan betapa beruntungnya aku yang setiap hari masih bisa menatapnya dari lantai dua ini, sementara pujaan hatinya ada di gedung sebelah yang tidak bisa dimata-matai. Aku tersenyum, wajahku memerah seiring hatiku yang menghangat. Bel tanda masuk berdering memekakkan telinga, helaan nafas terdengar dari berbagai sudut mengeluhkan bahwa hari ini hari senin, kita para siswa akan berdiri mendengarkan amanat pembina yang terkadang sangat membosankan. Terpikir

The Chronicles of Audy 4R

Gambar
Judul Buku: The Chronicles of Audy 4r Penulis: Orizuka Penerbit: Penerbit Haru Cetakan/Halaman: cetakan keenam, April 2016/320 Ditulis oleh Orizuka, gadis yang bernama asli Okke Rizka Septiana alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Gadjahmada Yogyakarta. Orizuka sudah mulai menulis novel-novel remajanya sejak tahun 2005. Novel 4r ini merupakan karya kedua puluhnya. Judul novelnya antara lain Summer Brezee, Oppa & I, I For You, Meet The Sennas dan masih banyak lainnya. Novel 4r ini sangat menarik untuk dibaca, apalagi untuk kalangan remaja. Menceritakan seorang gadis bernama Audy  yang sedang berusaha keras meraih gelar sarjananya. Tiba-tiba karena sebuah alasan keluarga akhirnya Audy harus bekerja sebagai babysitter anak usia empat setengah tahun yang memiliki 3 kakak laki-laki berbeda usia dan berbeda karakter. Mereka adalah Romeo, Regan, Rex dan Rafael . Itulah sebab judul novel ini 4r. Novel 4R ini dikemas dengan sangat baik, bahasa yang ringan, penggambaran tiap karakter

Prasangka

“Lagi-lagi kau mencuri sandal jepit milik manusia itu lagi!” bebek berjalan maju sambil menggoyang-goyangkan ekornya ke arah tikus yang sedang menggigit sebuah sandal besar dengan gigi-gigi kecilnya. Acuh, tikus terus berjalan maju tanpa memperdulikan bebek yang terus menggerutu kepadanya, fikirannya hanya fokus ke arah depan, sarangnya. “Kapan kamu akan berhenti mencuri sandal-sandal itu, tak kasihankah kamu pada manusia itu?” bebek mengikuti langkah cepat tikus, “hei! Dengarkan aku, lihatlah kucing yang jadi tersangka karena perilaku burukmu itu,” langkah cepat tikus tak terkejar oleh bebek, akhirnya dia menyerah, besok akan dihadangnya tikus sebelum dia mencuri sandal lagi, fikirnya.                                                                                                 ***                 Rintik hujan yang tak berhenti sedari pagi membasahi tanah di kandang yang menjadi rumah tinggal bebek. Matahari mulai menampakkan dirinya malu-malu di balik awan. Pelangi terli

Lima Ratus Rupiah Saja

Semilir angin pagi ini tetap lembut seperti biasa, matahari mulai mengangkasa lebih tinggi. Motor bapak melaju pelan, seperti biasa beliau tak pernah mau ngebut, karena kebiasaan beliau yang seperti inilah aku tak pernah mau berangkat mepet waktu kerja. Sampai di usia yang keduapuluh dua ini bapak masih sering mengantarkan ke kantor karena beliau tak mengijinkanku mengendarai kendaraan sendiri. Pernah sekali kutanya alasannya, beliau hanya tersenyum tipis sambil mengucapkan karena khawatir anak gadisnya pergi sendirian. Hatiku terlalu lembut untuk tidak tersentuh oleh jawabannya. Ada satu lagi kebiasaan beliau, yang hingga membuat penasaranku menggelayut tapi kuurungkan, aku ingin menerka apa jawabannya. Tapi tenyata hingga kini tak kutemukan jua jawabannya. Bapak memberhentikan motornya di gubuk kecil penuh botol-botol berisi cairan kekuningan. Seorang kakek tua yang sedang sibuk mengisi botol-botol kosong menghampiri kami sambil tersenyum ramah. “Berapa liter?” sang kakek memb

Apa Sebab?

Debaran ini tak berhenti Bahkan senyum terulas tak terkendali Sensasi apa ini? Kupu-kupu berterbangan ke sana ke mari Merah Darah berpacu meraih tempat di wajah Panas Tiba-tiba suhu menjadi ganas Aneh, mungkin rasa ini palsu Karena di sini hanya ada aku dan kamu Kertas putih berlukis kisah Lalu? Apa sebab terjadinya itu?

Kisah Sederhana

Ini hanyalah sebuah kisah sederhana tentang selembar daun yang berkelana terbawa pawana. Terasing, sendirian terseok di angkasa. Sesekali dirinya bertemu burung-burung yang acuh tak sadari kehadirannya. Terkadang melintasi pucuk pohon tinggi dan bertegur sapa dengan saudara jauhnya yang masih erat memeluk dahan tinggalnya. Masa berlalu, perjalanannya tak kunjung usai. Dari lembah hijau hingga padang gersang penuh pasir ditatapnya dalam diam. Hujan membasahi, terik yang mengeringkannya. Ribuan senyum dijumpainya, namun tak sedikit tangis, amarah, dengki dan romansa disaksikannya. Dalam diam direkamnya setiap cerita, tentang hidup dan perjalanannya. Kisah besar yang dituliskan Rabb nya, tak ada kisah yang lebih indah dan detail disetiap tanda baca serta penulisannya. Dalam diamnya, dia menjadi saksi kebesaran Rabbnya.

Mekar dalam Simpang part 12 end

Part 12                 Langit cerah, angin berhembus sepoi-sepoi. Sambil menikmati es blewah bersama dengan ayah ibu di gazebo taman Rania menghabiskan akhir pekannya. Bunga-bunga ibu bermekaran warna-warni, sayuran pun segar-segar menggoda untuk memeting dan memasaknya. Burung-burung kesayangan bapak juga tak mau kalah, saling bersahutan berceria dengan temannya. Hari minggu ini, cuaca sangat bersahabat apalagi suasana hati juga sedang baik. Bulan depan Rania akan berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya meraih gelas Magister di Universitas Indonesia. Jadi dia ingin menikmati waktu-waktu luangnya di rumah saja bersama ayah dan ibunya. Waktu-waktu seperti ini akan menjadi langka jika dia sudah pergi ke Jakarta, karena dia pasti jarang pulang ke Malang.                 “Setelah ini rumah sepi lagi pak,”ujar ibu sambil memandang langit.                 “Iya nih bu, anak bawel kita mau pergi lagi. Ayah ibunya ditinggalkan terus, padahal nanti kalau sudah menikah pasti l

Mekar dalam Simpang part 11

Part 11                 Setelah hari pengiriman pesan Rania pada Zaky. Zaky sempet menghubungi Rania beberrapa kali, ditelepon, di kirim pesan, bahan dikirim pesan melalui media social. Tapi Rania telah kukuh dengan prinsipnya. Dengan dikirimnya pesan itu, dikirimnya pula semua gundah yang dirasakannya selama ini. Memang setelah mengirim pesan itu Rania menangis, bahkan bumi yang sebelumnya panas, ikut menangis bersamanya, hujan seharian tanpa henti. Burung-burung bapak seolah mengerti kesedihan yang dirasakan oleh Rania, mereka tidak berkicau seriuh biasanya.                  Kini Rania sudah mulai kembali pada keceriaannya yang dulu, ayah ibu senang dengan perubahannya. Beliau berdua menyemangati Rania bahwa bada pasti berlalu, Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasang. Sabar, jodoh Rania pasti datang, pesan ibu. Kini dia kembali pada rutinitasnya, mengerjakan pekerjaan kantor dan mulai mempersiapkan study S2 nya. Ayah sudah merestui keinginan putrid tunggalnya itu, daripa

Mekar dalam Simpang part 10

Part 10 Siang ini, matahar bersinar lebih terik daripada biasanya. Bahkan awan tidak ada yang berani menutupi matahari yang sedang merajai langit, biru terhampar seluas mata memandang. Entah, bersembunyi di baian bumi yang mana awan-awan putih itu. Burung-burung pun tidak ada yang berlalu lalang, mungkin mereka sedang asyik berlindung dibalik rerimbunan dahan pohon yang bergeming karena tak ada angin berhembus. Aroma aspal menguar, asap kendaraan berlomba memenuhi sudut-sudut kota. Kemana perginya hujan yang biasanya hadir di kala siang, padahal kalau menurut perhitungan, harusnya sekarang masih musim hujan. Tapi sepertinya hujan enggan hadir, justru hadirnya di dalam hati Rania yang sedang mengalami puncak kegalauan. Setelah berfikir panjang, panjang sekali. Rania memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Zaky. Zaky telah menghilang tanpa kabar, sudah lebih dari sebulan sejak perbincangan mereka sore itu. Mungkin Zaky sudah tersadar bahwa hubungan ini tidak boleh dilanju

Mekar dalam Simpang part 9

Part 9 Hampir seluruh kesan pertama Rania pada Pak Khalif, koordinator barunya salah total. Hanya pada bagian dia lebih tinggi daripada pak Khaliflah yang benar. Itupun karena dirinya memakai sepatu hak tinggi. Kalau  tidak, jelas dia akan kalah tinggi dengan lelaki itu. Pak Khalif satu tahun lebih tua daripadanya, dan merupakan lulusan Belanda di bidang Interior. Kerennya, dia mendapatkan gelarnya dengan beasiswa full dari pemerintah Belanda. Sebenarnya banyak perusahaan yang menawari dirinya bekerja di Belanda, tapi Pak Khalif memilih pulang ke Indonesia karena rindu pada ibunya katanya. Maklum, dia hanya tinggal berdua dengan ibunya, ayahnya baru saja meninggal tahun lalu, dan kakak-kakaknya sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Disebabkan proyek yang sedang dikerjakan, Rania sering bertemu dan berbincang dengan Pak Khalif, karenanya Rania tahu betapa cerdas dan mengagumkan sosok lelaki itu. Tak heran jika dia bisa menjadi seorang koordinator di usia semuda itu. Pemik

Mekar dalam Simpang part 8

Part 8                 Tumpukan kertas berisi draft di meja kerja Rania berhasil mengalihkan pikiran Rania dari masalahnya beberapa hari. Ada beberapa proyek yang harus diselesaikannya dalam beberapa hari. Cukup menyita pikirannya, tapi Rania bersyukur paling tidak, ada yang memenuhi pikirannya dibandingkan memikirkan hal-hal yang menyesakkan hatinya. Jika mengingat sampai detik ini Zaky belum juga menghubunginya dan tidak juga datang ke rumah, Rania ingin sekali menelponya dan mengatakan bahwa hubungan ini sudah berakhir, titik. Tapi sudut hati Rania masih belum mengijinkan dan masih berpura-pura bahwa masih ada harapan untuk mereka berdua. Padahal Rania tahu, dia sudah harus menghilangkan pikiran semacam itu.                  Rania segera menghapuskan pikiran buruknya dan kembali fokus pada pekerjaannya. Dia harus segera memilih desain property, warna dan pencahayaan yang tepat untuk proyeknya, agar semua pihak senang dan puas dengan pekerjaannya. Rania bukanlah seseorang yang

Mekar dalam Simpang part 7

Part 7                                 Kicauan burung riuh terdengar di samping rumah, Nampak ayah yang sedang bersuka cita membersihkan sangkar burungnya. Ibu juga tampaknya sedang menyiangi rumput liar yang mulai tumbuh di antara sayurannya. Damai rasanya menatap ayah dan ibu yang selalu harmonis seperti itu. Rania dengan wajah kusut, di tangan kanannya memegang segelas penuh jus strawberry berjalan ke gazebo yang ada di taman samping rumahnya.                 Ayah dan ibu kompak memandang putri tunggalnya yang berwajah tertekuk.                 “Kenapa anak ayah, hari minggu, masih pagi pula sudah cemberut? Mules?” canda ayah.                 “Bener tuh, sini bantuin ibu aja panen sawi. Lumayan banyak nih, bisa buat sarapan sebentar lagi,” ajak ibu sambil melambaikan keranjang penuh sawi.  Ibu memang punya hobi berkebun. Padahal taman sebelah rumah tak terlalu lebar, karena ada kolam ikan dan gazebo yang sekarang sedang diduduki Rania, tapi tangan terampil ibu berhasi

Mekar dalam Simpang part 6

Part 6 Jawaban dari Zaky terus terngiang-ngiang di fikiran Rania sejak pertemuannya sore itu. Ini sudah hari ketiga sejak saat itu, namun Rania belum mendapatkan kabar yang menggembirakan dari dia. Rania tidak bersemangat menjalani hari-harinya. Walaupun matahari bersinar dengan cerah, namun tidak dengan hatinya. Nasihat-nasihat murobiah terus berputar di sekelilingnya selaras dengan bayangan-bagyangan kenangan yang tidak berhenti menghantuinya. Rania sangat tersiksa karena dirinya tidak bisa mengambil keputusam untuk kegalauan yang dihadapinya saat ini. Setiap sujudnya disertai dengan doa permohonan kemudahan untuk masalah yang saat ini sedang dihadapinya. Rania memang sudah tidak menghubungi sejak hari itu, dia piker Zaky pasti butuh wajtu untuk memikirkan itu semua, biarlah Zaky memiliki waktunya untuk berfikir sembari dirinya melaksanakan shalat istikhara untuk memohon petunjuk. Rania sangat berat, satu sisi dia sadar harus segera mengakhiri ini semua jika Zaky tak ing

Mekar dalam Simpang part 5

Part 5 Zaky sedang asyik memainkan sedotan minumannya ketika Rania tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang mengagetkannya.  Tak mempercayai pendengarannya Zaky meminta Rania mengulangi ucapannya, tapi ternyata kalimat yang keluara dari bibir mungil Rania tetaplah sama. “Kamu nggak ingin melamar aku kah Zak?” Tanya Rania sambil memainkan ujung jilbabnya. Rania mengerahkan seluruh keberaniannnya untuk mengutarakan pertanyaan itu. Sdudah sepekan sejak ucapan ibu menambah resah di hatinya. Kajian-kajian yang banyak mengingatkannya ditambah dengan pertanyaan ayah dan ibu cukup untuk menguatkan hatinya mengajukan pertanyaan ini pada Zaky. Toh, sudah lebih dari enam tahun hubungan yang dijalaninya dengan Zaky, tak mungkin dia tak memikirkannya. Rania pun yakin bahwa Zaky pasti memikirkan hal yang sama dengan dirinya. Zaky terdiam, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya. Dia hanya sibuk membetulkan posisi kacamata yang mulai digunakan sejak kuliah, nampaknya banyaknya buku yang harus

Mekar dalam Simpang part 4

Part 4                 Suara jangkrik di halaman bersahut-sahutan dengan riuh suara katak di kolam ikan. Sepertinya mereka sedang bersuka hati karena gerimis yang sedang membasahi bumi, menyambut rahmat yang diturunkan Allah untuk seluruh makhluknya. Di dalam rumah Rania sedang bergelut di dalam selimut di depan televisi menemani ibu yang asyik menikmati acara televisi. Ayah sedang asyik di sebelah, mengecek stok makanan burung-burung kesayangannya.                   Gerimis semakin deras di luar, ayah masuk rumah sambil menggigil kedinginan.                 “Ran, buatkan ayah wedang jahe ya, dingin sekali,” ujar ayah sambil menggosok-gosok telapak tangannya,” ibu mau?”                 “Ya mau dong,” ujar ibu bersemangat.                  Rania langsung beranjak ke dapur membuatkan minuman untuk orangtuanya, tak terlalu repot karena ibu sudah menyimpan air panas dalam termos. Tinggal mengupas jahe lalu memarutnya agar rasanya lebih meresap masuk dan menambahkan gula. S

Mekar dalam Simpang part 3

Part 3 Rania berdiri di depan cermin kamarnya, mematut diri memperhatikan detail pakaiannya. HAri ini merupakan hari pertamanya sejak diterima kerja di sebuah perusahaan konstruksi bangunan sebagai konsultan interior. Sebenarnya Rania akan melanjutkan pendidikannya untuk mengejar gelar master, tapi setelah memikirkan dan mendiskusikan dengan ayah serta ibu, Rania menunda dulu sekolahnya. Karenanya Rania memutuskan untuk bekerja dahulu mengisi waktunya. Penampilan Rania kini berbeda dengan dahulu saat SMA. Pakaiannya menjadi lebih syari, sesuai dengan syariat. Bersyukur, perusahaan yang menerima Rania bekerja tak mempermasalahkan penampilan Rania. Ayah dan ibu sungguh bahagia dengan perubahan Rania, memang selama di Yogyakarta Rania sering mengikuti kajian di sela waktu luangnya. Banyak hal yang dipelajari Rania, termasuk dengan status hubungan sebelum halal yang sejak lama mengganggu pikirannya. Namun Rania masih belum bisa tegas memutuskan. Setelah yakin dengan penampil

Mekar dalam Simpang part 2

Part 2 Setelah empat tahun ditinggalkan, rasa-rasanya banyak yang berubah pada Kota Malang, udaranya tidak sesejuk dahulu macet pun sudah terasa di mana-mana. Rania sedang berdiri di depan Stasiun Kota Baru Malang. Di kanan kirinya berdiri koper besar, setelah lulus dengan gelar sarjana seni di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, Rania memutuskan untuk pulang ke Malang. Gurat kelelahan terpancar di wajahnya, selama delapan jam dia duduk di dalam kereta sejak semalam. Pagi ini, Zaky berjanji untuk menjemputnya, karena itulah Rania mencegah ayah yang sebenarnya ingin menjemput sendiri anak gadisnya itu. Rania memang jarang pulang ke Malang, hanya waktu Hari Raya saja dia pulang, mengingat tugasnya sebagai mahasiswi jurusan desain interior yang sangat padat. Setelah tiga puluh menit menunggu akhirnya wajah Zaky terlihat, nafasnya tersengal-sengal karena berlarian dari tempat mobilnya diparkirkan. “Maaf  ya Ran, aku bangun kesiangan. Kemarin ngerjakan tugas sampai malam,” uja

Mekar dalam Simpang Part 1

 Part 1 Siang hari ini, matahari di Kota Malang bersinar dengan terang diiringi dengan angin yang setia berhembus membelai daun di pepohonan tepi jalan. Udara yang sejuk menyemangati setiap insan yang sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Termasuk Rania, gadis manis yang tengah fokus membaca sebuah novel di taman sekolah yang rindang. Tak takut seragam abu-abunya akan kotor, Rania duduk selonjor beralaskan rerumputan taman, bersender pada batang pohon. Sesekali bibirnya mengulas senyum, tak jarang juga terkikik kecil. Sepertinya novel yang dibacanya sangat menyenangkan, membawanya masuk ke dunia lain hingga tak disadarinya seorang anak laki-laki sudah duduk di sampingnya, memperhatikan tingkah Rania sedari tadi. Nampaknya anak lelaki ini tak ingin mengganggu Rania yang sedang asyik, ikut bersender pada batang pohon lalu memejamkan matanya. Selesai membaca satu bab Rania kembali ke dunia nyata, hatinya mencelos saat menatap ke samping dan mendapati anak lelaki sedang te

Kamu Merasa Berbeda?

Gambar
Tentang menjadi indah karena sebuah perbedaan. Allah menciptakan segala sesuatu dalam bentuk paling sempurna, paling indah, karena Allah Maha Sempurna lagi Maha Indah. Aku mungkin menjadi berbeda karena sebuah alasan yang telah dituliskan-Nya khusus untukku karena aku istimewa. Tak perlu merasa berbeda, hanya karena berbeda warna, atau berbeda bentuk. Sejatinya aku dan mereka sama, ciptaan-Nya. Bisa jadi, aku indah karena aku berbeda. Tampil berbeda, membuat mereka menoleh kearahku lebih dahulu. Allah menciptakan segala sesuatu tanpa kesia-siaan. Dia lah sebaik-baik perencana. Jadi apakah kamu berbeda sepertiku? Percaya saja, Allah mencintaimu lebih, Allah ingin kita percaya bahwa, kita indah dengan 'bedanya' kita.

Janji yang Menggetarkan

Biar aku ceritakan sebuah kisah. Tentang langit yang bergetar dan doa yang diaminkan. Tetesan rahmat membasahi bumi, khusuk, memandang perjanjian yang segera terucap. Dia tersenyum dalam gagap, malu. Debar seramai nyanyian pucuk-pucuk rerimbunan. Menyambut sorak yang kan segera diarak. Masih dalam lukisan tegang sembari merapal hafalan semalam. Masih ada dia, yang memandang dia dalam selisik malu. Jemari lentik meremas pelik. Menunduk dalam harap hijab segera tersingkap. Menanti kata yang menjadi doa. Qobiltu ...

Kisah

Memandangmu penuh selisik malu Bergetar dalam kalbu Kamu Siapa? Tergerak hati ingin bertanya Namun hijab belum tersingkap Ini bukan perihal bagak Memang Aku Siapa? Jika memang benar Akan datang masa Aku berjamu Aku memintamu Kamu dan aku Bukan lagi siapa Kita Apa?

Itu Dia

Mungkin harus diakui Tak ada bunga yang lebih indah Tak ada air yang lebih tenang Dari dirinya Coba pandang saja langit Masih lebih luas kesabarannya Coba kau nikmati selimut Masih lebih nyaman rengkuhannya Mungkin lukisan gurat usia jelas di rautnya Tapi dewi pun, kalah cantik olehnya Mungkin lengannya tak sekokoh atlit Tapi besi pun kalah kuat dengannya Tak kan pernah temukan perbandingan yang sebanding dengannya Dia yang terbaik di semesta

Sejauh Mata Memandang

Ilalang bergoyang di atas kepala Ranting-ranting kering lunglai terjatuh pasrah Dedaunan berlarian tersapu pawana Debu bersorak riang berkejaran bergulung-gulung Sejauh mata memandang hanya hijau yang berpendar Sejauh mata memandang hanya ancala yang berdiri tegar Sejauh mata memandang hanya syukur yang tergumam Sejauh mata memandang ...

Bunga dalam Bayangan

Kulihat mereka berlarian di bawah gerimis Tapi ... aku memilih diam Menikmati bayangan kusam yang berputar Selaras dengan renai yang berjatuhan Dalam rekam jejak yang kutuliskan Wajahmu terlukis penuh senyuman Bahkan genggam hangat masih terasa nyata Telingaku pun masih mendengungkan tuturmu Aroma jalanan yang basah pun membawamu Memainkan masa lalu dalam pikirku ... padamu Bunga yang melahirkanku

Kota Tanpa Kematian

Binar kendaraan melukis jalanan Berkelap-kelip mengalahkan bintang Klakson membahana Berlomba memecah kesunyian Di kanan kiri kotak berpintu menjulang menantang awang Dengan rupa-rupa wajah termangu di bibir jendelanya Pematang jalan penuh penjaja Mendorong gerobak memburu rejeki halal Inilah dia   Kota tanpa kematian Api perlombaan yang tak pernah padam   Walau hanya satu detik juang Malang, 07 Nopember 2017

Fana

Pegang saja dunia! Seolah itu takkan sirna Kau kira indah? Padahal semua ini akan punah Api yang menyala-nyala telah menunggu Kau tau bahan bakarnya? Itu kita! Kita yang tersenyum jumawa memiliki gunung diryah Kita yang menikmati peluh saudara Lahir menjerit Pulangpun menjerit Tak takut? Yakin tak takut? Genggam saja dunia! Maka kau pun akan sirna bersamanya. Di bawah mentari, 06 Nopember 2017

Ibu Muda

Pisau itu dibuatnya menari, cepat bahkan sangat cepat. Namun matanya menerawang jauh, pandangannya kosong. Bunyi nyaring teko mendidih mengaburkan lamunannya. Seketika berlari mematikan kompor. Tumpukan piring dan perabot kotor yang menantikan segera dibasuh bersih olehnya, teronggok dipojokan wastafel. Hujan peluh menetes di wajahnya. Diliriknya balita yang sedang bermain di antara samudra mainan yang berserakan di lantai. Dinding penuh coretan warna-warni, gantungan foto memenuhi. Tampak dirinya dengan baju toga yang gagah dua tahun yang lalu tersenyum bak memeluk dunia. Bintang yang dilukiskan dalam angan akan segera diraihnya, pikirnya saat itu. Tapi. Aahh, kapan semua ini akan selesai? Paginya sungguh sibuk. Sepertinya bintang itu harus menanti sembari menambah kilaunya. Nanti, suatu saat, pasti!

Lupa Rasa

Sampai lupa rasanya Bagaimana kupu-kupu berterbangan dalam perut Bagaimana nafas tercekat di perjalanannya Bagaimana hati dipenuhi bunga-bunga bermekaran Sungguh lupa rasanya Terlalu asyik dalam bisik Canda tawa tanpa beban dalam benak Langkah ringan menari dan memijak Sangat lupa Tanpa sebab aku tak ingat Bagaimana hati menjatuhkan pilihan tanpa syarat Bagaimana mimpi terikat satu pikat Aku sudah lupa walau mencari seribu jawaban

Movember

Kenalkah engkau dengan bulan yang rintikannya romantis. Aromanya menghipnotis, simponinya eksotis. Bulan ini bahkan mampu menggoda sekar untuk mekar, putih suci berjejer rapi menenangkan hati. Kenalkah engkau dengan bulan yang menggodamu menjejakkan kaki di bawah gerimis? Memegang payung sekadar dimainkan, melangkah sambil menengadah. Menantang langit, hai langit aku menyukai rintikmu. Kenalkah engkau dengan bulan ini? Tentu engkau mengenalnya. Bulan yang mengajakmu untuk meraih mimpi, yang kau gantung tinggi. Berseri menunggu kau gapai walaupun tenang dalam sepi.

Lukisan Sebuah Perjuangan

Gambar
Langit cerah hari ini. Bunga-bunga bermekaran menyambut dunia penuh senyuman, musim hujan membuat tanah menjadi sangat subur. Udara berhembus sangat dingin, tapi ini tidak akan menyurutkan semangatnya. Dua kaleng penuh susu dipanggulnya. Tapak demi tapak dilaluinya dengan kobaran api semangat yang membumbung tinggi. Sandal jepit tipis saksi bisu perjuangannya memenuhi nafkah keluarganya. Tetes-tetes susu yang diperasnya disulapnya menjadi sepiring nasi dengan lauk untuk keluarga di gubuk penuh bahagianya.  Langit biru menjadi saksi, sebuah perjuangan.  Gambar oleh: anggia

Kisah Musim Gugur

Menyilangkan kaki sembari bermain patera Pawana asik membelai ujung rambutnya yang tergerai Wajahnya berkisah betapa gelisah hatinya Ujung sepatu coklatnya terus bergoyang Ke kanan dan ke kiri Kepalanya terus mencari-cari Di manakah? Siapakah? Mungkinkah itu ... Yang dia tunggu?

Tugasku Menyinarinya

Malam ini kulihat dia masih seperti kemarin. Tidur berselimut di tempat tidurnya sepanjang hari. Sudah selama sepekan dia seperti ini. Dengan alat bantu pernafasan yang bertengger di atas hidung mancungnya. Wajahnya pucat, bagaikan tak ada darah yang mengalir. Bahkan di tidurnya, dia mengerang kesakitan. Ah, andai aku memiliki tangan, sudah kupeluk dia. Apalah dayaku yang hanya bertugas menyinari ruangan, setidaknya dia tidak berada dalam ruang gelap merasakan sakit di tubuhnya. Jilbab putih melekat erat di kepalanya, walau di kamar ini hanya ada dirinya, dia tak pernah menanggalkannya berlama-lama. Dia seorang gadis yang sangat menjaga diri. Sering kudengar dia melantunan ayat-ayat suci setiap malam. Tapi sepekan ini sudah tak pernah lagi. Aku sudah mengenalnya selama delapan bulan, kian hari tubuhnya kian kurus. Mungkin karena hanya infus sumber gizinya, lengannya yang penuh lebam menjadi saksi betapa sering suntikan obat diterimanya. Aku rindu senyumannya, biasanya dia tak p

Yang Lebih Luas dari Langit?

Kupandangi aliran air yang berkelit diantara bebatuan, saling mengejar berlomba-lomba menjadi yang tercepat sampai di pantai. Mungkin mereka rindu menjadi bagian dari luasnya samudra. Tenang dan sangat bening. Hingga dasar sungai pun terlihat jelas. Warna-warni kehidupan tertangkap mataku, karunia dari Rabbku yang sangat indah. Mampu menangkap jutaan warna, mampu menangkap jutaan cerita. Dedaunan yang jatuh, menggodaku tuk menatap keatas. Menatap rerimbunan yang memayungiku dari teriknya matahari. Menatap sesosok ibu yang dengan gigih menyuapi anak-anaknya. Cuitan-cuitan penuh syukur yang mereka suarakan mengingatkanku akan telinga, karunia besar dari Rabbku. Mampu mendengar suara, suara bahagia dan suara kesedihan yang meluruhkan jiwa. Langit sungguh luas, namun nikmatMu lebih luas. Alhamdulillah....

Puisi Majas Personifikasi

Bagi yang menyukai puisi, tentunya mengenala berbagai majas yang memperkaya puisinya. Salah satunya majas personifikasi. Majas personifikasi merupakan gaya bahasa yan memberi sifat hidup pada benda mati. Contohnya: 1. Sendok menangis karena tak pernah dipakai. 2. Dedaunan berlomba-lomba sampai di tanah lebih dahulu. 3. Dll Ini salah satu contoh puisiku yang mengandung majas personifikasi Dedaunan membisu Bayu pun tertunduk lesu Alam seolah tahu Aku sedang dirundung pilu Hujan yang jatuh Mulai merayuku Memperdengarkan sebait lagu Sekadar menepis sendu Aku.... Rindu kamu Yuk, perbanyak pahami majas. Agar puisi kita lebih kaya.