Mekar dalam Simpang part 5
Part 5
Zaky sedang asyik memainkan
sedotan minumannya ketika Rania tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang
mengagetkannya. Tak mempercayai
pendengarannya Zaky meminta Rania mengulangi ucapannya, tapi ternyata kalimat
yang keluara dari bibir mungil Rania tetaplah sama.
“Kamu nggak ingin melamar aku kah
Zak?” Tanya Rania sambil memainkan ujung jilbabnya. Rania mengerahkan seluruh
keberaniannnya untuk mengutarakan pertanyaan itu. Sdudah sepekan sejak ucapan
ibu menambah resah di hatinya. Kajian-kajian yang banyak mengingatkannya
ditambah dengan pertanyaan ayah dan ibu cukup untuk menguatkan hatinya
mengajukan pertanyaan ini pada Zaky. Toh, sudah lebih dari enam tahun hubungan
yang dijalaninya dengan Zaky, tak mungkin dia tak memikirkannya. Rania pun
yakin bahwa Zaky pasti memikirkan hal yang sama dengan dirinya.
Zaky terdiam, tak sepatah katapun
keluar dari bibirnya. Dia hanya sibuk membetulkan posisi kacamata yang mulai
digunakan sejak kuliah, nampaknya banyaknya buku yang harus dibacanya
menjadikan kesehatan matanya mulai terganggu. Zaky tak yakin harus mengatakan
apa pada Rania saat ini, jujur saja, tak sedikitpun terbersit dalam hatinya
Rania akan menanyakan pertanyaan seperti ini. Waktu seolah berhenti berdetak,
bahkan angin pun tidak berhembus, mendukung ketegangan yang tercipta di antara
dua sejoli yang tengah dirundung kegundahan ini.
“Bukan tak ingin Ran,” akhirnya
Zaky bersuara, “hanya saja, kamu mengerti aku belum luls kuliah.”
“Aku tau Zak, bahkan aku paham
keinginanmu untuk melanjutkan study spesialis,” Rania mengiyakan, “tapi aku
harus menunggu berapa lama. Ayah dan ibu sudah mulai menanyakannya.”
“Tunggu aku sampai aku meraih gelar
spesialisku Ran,” ujar Zaky ragu-ragu.
“Akupun sebenarnya sudah memikirkan
hal ini Zak, aku mulai paham, bahwa hubungan kita jalani saat ini tak boleh
dilakukan, “ ujar Rani sembari tertunduk, “ kamu paham maksudku kan?”
“Bisakah kamu lebih jelas Ran,
aku agak bingung,” pinta Zaky bingung.
“Temuilah orangtuaku jika kamu
serius denganku. Aku akan menunggumu sampai kamu mendapat gelar spesialis itu.
Tapi selama itu, kita tidak bertemu dulu. Aku ingin hubungan kita sesuai dengan
jalurnya Zak.” Tegas Rania.
“Bukannya aku tak serius Ran,
tapi akan susah sekali menjelasakan pada orangtuaku dan orang tuamu.”
“Insyaa Allah orangtuaku bisa
mengerti Zak, berusahalah dengan orangtuamu jika kamu serius.”
“Jika orangtuaku tak mau
mengerti?”
“Mungkin bukan takdir kita untuk
bersama,” tegas Rania.
“Kamu ingin kita putus?” Tanya Zaky
dengan mata terbelalak.
“Tidak! Aku hanya ingin sebuah
keseriusan Zak,” tegas Rania.
Senja sore itu menjadi saksi
perbincangan berat dua anak manusia dengan kegundahannya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar