Mekar dalam Simpang part 7

Part 7
               
                Kicauan burung riuh terdengar di samping rumah, Nampak ayah yang sedang bersuka cita membersihkan sangkar burungnya. Ibu juga tampaknya sedang menyiangi rumput liar yang mulai tumbuh di antara sayurannya. Damai rasanya menatap ayah dan ibu yang selalu harmonis seperti itu. Rania dengan wajah kusut, di tangan kanannya memegang segelas penuh jus strawberry berjalan ke gazebo yang ada di taman samping rumahnya.
                Ayah dan ibu kompak memandang putri tunggalnya yang berwajah tertekuk.
                “Kenapa anak ayah, hari minggu, masih pagi pula sudah cemberut? Mules?” canda ayah.
                “Bener tuh, sini bantuin ibu aja panen sawi. Lumayan banyak nih, bisa buat sarapan sebentar lagi,” ajak ibu sambil melambaikan keranjang penuh sawi.

 Ibu memang punya hobi berkebun. Padahal taman sebelah rumah tak terlalu lebar, karena ada kolam ikan dan gazebo yang sekarang sedang diduduki Rania, tapi tangan terampil ibu berhasil menyulapnya menjadi kebun sayur yang sangat produktif. Selayaknya swalayan, mau sayur apa tinggal ambil asalkan tidak merusak. Bahkan ikan yang dipelihaaa bukanlah ikan hias, melainkan ikan yang bisa digoreng jika ingin. Sebelah rumah merupakan peternakan dan perkebunan bagi ayah dan ibu Rania.

Rania turun membantu ibunya, sebenarnya sedang tidak ingin membantu. Tapi Rania tidak ingin jadi anak durhaka hanya karena tidak mau membantu ibu memetik sawi yang akan dinikmatinya di meja makan nanti. Tangan-tangan lincah Rania dan ibu segera berhasil memanen seluruh sawi, tidak banyak memang, namun cukup untuk makan bertiga keluarga kecil ini.

“Jadi kamu masih galau karena ucapan ibu dan ucapan Zaky?” Tanya ibu tiba-tiba di tengah kesibukan mereka, “Kamu lebih tahu mana yang lebih baik bagimu Ran, ayah dan ibu hanya bisa mendukung dan mengingatkan kamu.”

“Iya bu, Rania masih minta petunjuk sama Allah. Rania tidak mengira akan tiba di usia penuh kegalauan pernikahan seperti ini. Rasanya mending pusing sama tugas daripada hal seperti ini,”jawab Rania sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.


Keputusan akan selalu ada di tangan pelaku kehidupan. Orangtua hanya bisa mendukung dan mengingatkan. Selalu Ada Allah yang akan mendengarkan keluh kesah dan member petunjuk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadi Blogger Profesional bersama ODOP Blogger Squad

Ganti Domain Blog-mu jadi .com dengan Mudah

Beri Makan Kucingmu dengan satu klik dari Handphonemu dengan Bardi Smart Pet Feeder!