Mekar dalam Simpang part 10
Part 10
Siang ini, matahar bersinar lebih
terik daripada biasanya. Bahkan awan tidak ada yang berani menutupi matahari
yang sedang merajai langit, biru terhampar seluas mata memandang. Entah,
bersembunyi di baian bumi yang mana awan-awan putih itu. Burung-burung pun tidak
ada yang berlalu lalang, mungkin mereka sedang asyik berlindung dibalik
rerimbunan dahan pohon yang bergeming karena tak ada angin berhembus. Aroma
aspal menguar, asap kendaraan berlomba memenuhi sudut-sudut kota. Kemana
perginya hujan yang biasanya hadir di kala siang, padahal kalau menurut
perhitungan, harusnya sekarang masih musim hujan. Tapi sepertinya hujan enggan
hadir, justru hadirnya di dalam hati Rania yang sedang mengalami puncak
kegalauan.
Setelah berfikir panjang, panjang
sekali. Rania memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Zaky. Zaky telah
menghilang tanpa kabar, sudah lebih dari sebulan sejak perbincangan mereka sore
itu. Mungkin Zaky sudah tersadar bahwa hubungan ini tidak boleh dilanjutkan
sehingga dia memutuskan untuk tidak menghubungiku, pikir Rania. Tapi setidaknya
beri aku kejelasan, agar aku juga bisa melangkah, pikir Rania lagi.
Rania sudah lelah, Rania ingin
move on katanya. Tidak mau berlarut-larut dalam kegalauan yang tidak berujung. Apalagi
masih banyak hal yang bisa dilakukan Rania. Jika memang Zaky tidak mau serius
dengannya, Rania harus segera bersiap menerima calon yang lain. Usianya terus
bergerak, tidak mungkin dirinya menunggu tanpa kepastian terus-menerus.
‘Zaky. Mungkin, ini pesanku yang
terakhir padamu. Tapi setelah berfikir selama satu bulan lebih, hal ini
sepertinya yang terbaik untukku dan untukmu. Sebaiknya kamu lebih fokus pada
sekolahmu, dan aku pada pekerjaan dan rencana sekolahku di tahun mendatang. Jika
kita memang berjodoh, insyaa allah akan dipertemukan dengan cara yang lebih
indah. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari semua ini’
Setelah mengetik beberapa kali,
akhirnya Rania memutuskan untuk mengirim pesan itu pada Zaky. Setelah mengirim
pesan itu, Rania menangis sendirian di kamarnya, lintasan kenangan berputar
dalam memorinya, masa-masa dan perjuangan bersama Zaky terbayang, api rasa lega
juga tak terelakkan, terasa dihatinya.
Komentar
Posting Komentar