Mekar dalam Simpang part 11
Part 11
Setelah
hari pengiriman pesan Rania pada Zaky. Zaky sempet menghubungi Rania beberrapa
kali, ditelepon, di kirim pesan, bahan dikirim pesan melalui media social. Tapi
Rania telah kukuh dengan prinsipnya. Dengan dikirimnya pesan itu, dikirimnya
pula semua gundah yang dirasakannya selama ini. Memang setelah mengirim pesan
itu Rania menangis, bahkan bumi yang sebelumnya panas, ikut menangis
bersamanya, hujan seharian tanpa henti. Burung-burung bapak seolah mengerti kesedihan
yang dirasakan oleh Rania, mereka tidak berkicau seriuh biasanya.
Kini
Rania sudah mulai kembali pada keceriaannya yang dulu, ayah ibu senang dengan
perubahannya. Beliau berdua menyemangati Rania bahwa bada pasti berlalu, Allah
menciptakan makhluknya berpasang-pasang. Sabar, jodoh Rania pasti datang, pesan
ibu. Kini dia kembali pada rutinitasnya, mengerjakan pekerjaan kantor dan mulai
mempersiapkan study S2 nya. Ayah sudah merestui keinginan putrid tunggalnya
itu, daripada menatap Rania yang setiap hari harus galau, ayah lebih rela mengantarkan
putrinya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Di
kantor, rekan-rekan Rania juga merasakan perubahannya, walaupun pekerjaannya
selalu terselesaikan dengan baik, namun kini Rania lebih banyak tersenyum dan
ramah. Dahulu, seolah semua pekerjaan ingin dimakannya guna mengalihkan
kegalauan hatinya. Kini hati Rania lebih ringan sehingga wajahnya pun
memancarkan aura yang lebih menyenangkan.
“Habis
menang lotere ya?” Tanya Pak Khalif suatu ketika.
“Hah? Maksudnya
apa pak?” Rania balik bertanya karena tidak paham dengan maksud koordinatornya
itu.
Pak Khalif
tergigik geli melihat tingkah stafnya itu,” habisnya akhir-akhir ini kamu
terlihat sangat ringan hati. Makanya kupikir pasti menang lotere nih. Bisa
belanja-belanja, cewek kan hobinya belanja ya!”
“Hahaha,
salah sih pak. Saya hanya memilih untuk menjadi lebih bahagia saja pak,” jawab
Rania sambil berlalu. Dia tidak boleh
terlalu lama berada di sekeliling Pak Khalif kalau Cuma berdua, takutnya timbul
fitnah.
Bukankah
wanita merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki. Karena itu, sebelum terjerat
kedalam jerat seperti yang lalu Dan sulit untuk terlepas kembali Rania memilih
menjaga jarak tetap pada jalurnya.
Komentar
Posting Komentar