Prasangka
“Lagi-lagi kau mencuri sandal jepit
milik manusia itu lagi!” bebek berjalan maju sambil menggoyang-goyangkan
ekornya ke arah tikus yang sedang menggigit sebuah sandal besar dengan
gigi-gigi kecilnya. Acuh, tikus terus berjalan maju tanpa memperdulikan bebek
yang terus menggerutu kepadanya, fikirannya hanya fokus ke arah depan,
sarangnya.
“Kapan kamu akan berhenti mencuri
sandal-sandal itu, tak kasihankah kamu pada manusia itu?” bebek mengikuti
langkah cepat tikus, “hei! Dengarkan aku, lihatlah kucing yang jadi tersangka
karena perilaku burukmu itu,” langkah cepat tikus tak terkejar oleh bebek,
akhirnya dia menyerah, besok akan dihadangnya tikus sebelum dia mencuri sandal
lagi, fikirnya.
***
Rintik
hujan yang tak berhenti sedari pagi membasahi tanah di kandang yang menjadi
rumah tinggal bebek. Matahari mulai menampakkan dirinya malu-malu di balik
awan. Pelangi terlihat sangat indah di kejauhan. Bebek sedang menikmati aroma
hujan sambil berdendang, menanti tikus yang pasti akan lewat untuk mencuri
sandal. “Kali ini tak akan kubiarkan tikus itu melakukan niat jahatnya,” bebek
melatih kakinya untuk berlari lebih cepat kali ini agar tikus tak bisa
melarikan diri lagi.
Satu
jam berlalu, tapi tak kunjung terlihat batang hidung tikus. Bebek mulai jenuh
dalam penantiannya, “ke mana perginya tikus, mungkinkah dia lewat jalan yang
lain.”
Berjam-jam berlalu, hingga matahari
akan kembali ke peraduannya, tikus tak terlihat juga. Suara angin menderu,
sepertinya akan turun hujan lebat lagi seperti malam-malam yang lalu. Akhir tahun
curah hujan memang selalu tinggi, bahkan terkadang kandang bebek kebanjiran. Tak
jarang, kandang beralas tanah menjadi kolam penuh air, becek di mana-mana. Sangat
merepotkan, apalagi kalau bebek sedang bertelur.
***
Hari-hari
berlalu dengan sepi, tak pernah sedikitpun terlihat tikus berkeliaran. Tak biasanya
tikus tenang seperti ini, apakah dia sedang sakit? Bebek berjalan
mondar-mandir, khawatir meliputi hatinya. Walaupun bebek hanya seorang yang
numpang tinggal di kandang bebek, dan membuat aroma kandangnya jadi tak
menyenangkan ternyata kehadirannya yang hilang membuat bebek kehilangan.
“Haruskah
aku menjenguk dia di sarangnya, tapi itu akan sangat merepotkan. Sarangnya ada
di antara tumpukan pipa-pipa terbengkalai,” bebek bertikai dengan dirinya
sendiri, rasa khawatir akan temannya yang tinggal satu tempat dengannya
mengalahkan ketakutannya.
Disusurinya pipa-pipa yang
bertumpukan, sampah berceceran di mana-mana, betapa jorok tikus ini, pikir bebek.
Genangan air di mana-mana, pasti membuat sarang disini sangat tidak nyaman,
apalagi untuk anak-anak. Aroma tubuh tikus semakin tercium kuat di hidung bebek,
sepertinya sarang tikus sudah dekat.
Ratusan
pertanyaan sudah disiapkan bebek untuk temannya itu termasuk pertanyaan tentang
sandal-sandal yang dicurinya selama ini. Tiba-tiba wajah bebek membiru,
nafasnya memburu matanya membelalak, ratusan pertanyaan yang sudah siap untuk
dilontarkan tercekat si tenggorokan.
“Jadi
sandal-sandal itu untuk ini,” ujar tikus saat sudah bisa menenangkan
kekagetannya.
Tikus menoleh kaget akan suara yang
tiba-tiba hadir, “apa yang kau lakukan di sini bebek”
“Jadi sandal-sandal itu untuk
melindungi bayi-bayimu dari banjir? Ah alangkah tak pekanya diriku, tak
mengetahui bahwa dirimu hamil dan sudah melahirkan. Maafkan aku!” bebek
menunduk dalam penyesalan atas prasangkanya selama ini.
#tantanganfiksiODOP #LimaKataKunci
ooh tikus, oh..bebek....ceritamu abadi di sini
BalasHapusDi mana-mana ada bebek dan tikus😂😂
HapusKeren
BalasHapusKrisannya mba wid😁
HapusItu ada beberap yang salah aang, nanti aku japri
BalasHapus