Musim Semi Gadis

Putih biru itulah yang menjadi saksi
Bagaimana kebisuan itu terjadi
Darah tak pernah santai bergerak
Apalagi dada yang berdetak

Anak laki-laki berkulit putih itu nampak tertawa lebar, sepertinya candaan yang diucapkan temanya sangat lucu. Ah ... Itu hanya perkiraanku saja, karena aku tak bisa mendengar apa yang sedang  dia dengarkan. Dia hanya bisa kulihat layaknya televisi bisu.
Liatin dia lagi,” putri sahabat kentalku yang berambut keriting geleng-geleng kepala sembari duduk di sampingku. Kudengar dia menghela napas, mengeluhkan betapa beruntungnya aku yang setiap hari masih bisa menatapnya dari lantai dua ini, sementara pujaan hatinya ada di gedung sebelah yang tidak bisa dimata-matai. Aku tersenyum, wajahku memerah seiring hatiku yang menghangat.

Bel tanda masuk berdering memekakkan telinga, helaan nafas terdengar dari berbagai sudut mengeluhkan bahwa hari ini hari senin, kita para siswa akan berdiri mendengarkan amanat pembina yang terkadang sangat membosankan. Terpikir untuk membolos ke UKS saja, tapi kuurungkan. Menurut informasi dari data intelejen, hebatnya usaha para remaja untuk meraih yang diinginkannya, petugas upacara hari ini adalah kelasnya. Kulangkahkan kakiku mantap, menuju lapangan berdebu yang telah disinari hangat oleh mentari pagi. Kupercepat langkah kakiku, aku tak ingin barisan terdepan sudah diisi oleh siswa lain, walaupun itu tak mungkin karena akulah yang paling pendek di kelas, sebuah anugerah yang kusyukuri disaat-saat seperti ini.
“Duh, semangatnya yang mau nonton idola dalam jarak dekat,” putri mengimbangi langkah cepatku. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, putri juga melakukan hal yang sama jika gebetannya menjadi petugas upacara.

Riuh terdengar bagaikan lebah, matahari sedang baik hati bersinar tak terlalu terik. Pohon-pohon berwarna-warni bak sakura karena sedang musimnya berbunga. Kalau di Jepang memiliki bunga sakura, Indonesia memiliki bunga bunga yang tak kalah indahnya. Bahkan, sepertinya burung-burung sedang merayakan moment indahku, mereka bersiul merdu selaras dengan angin yang berhembus pelan.
Putri menepuk pundakku terlalu bersemangat, rasanya lumayan sakit sepertinya memerah, “rejeki nomplok nih, tuh dia jadi paduan suara.”
Tubuh jangkung lelaki yang memikat hatiku ini membuatnya gampang dikenali, kupu-kupu diperutku rasanya sedang menari bahagia. Jantungku tak bisa dikendalikan lagi, berderu lebih cepat memompa darah ke wajahku, panas. Tiga puluh menit telah berlalu, sesi demi sesi upacara hampir selesai bahkan amanat yang membosankan itu tak terdengar di telingaku. Yang kutahu saat ini hanya kamu tengah berdiri delapan meter di depanku. Aku tak berani menatapmu lama, takut kau akan menyadari keberadaanku. Ah ... Aku pengecut, hanya berani memiliki rasa ini untuk diri sendiri. Tak perlulah kau tau, sudah cukup bagiku.

“Bubar barisan ... Jalan!” pemimpin upacara mengakhiri upacara pagi ini, aku menghela napas panjang kenapa hari ini upacaranya lebih cepat. Putri tertawa mendengar keluhku, itu karena aku menikmati upacafa hari ini katanya. Tiba-tiba Putri memukul keningnya, teringat bahwa dia diminta berkumpul di ruang pramuka untuk koordinasi regu. Tak berlama-lama secepat kilat Putri berlari, meninggalkan aku sendirian di tengah-tengah ratusan siswa yang berlalu lalang kembali ke kelasnya.

Aku berjalan cepat menyusul teman-teman sekelasku yang sudah menjauh meninggalkanku. Kaget, pundakku tersenggol keras, “maaf, gak sengaja” suara ngebass seorang lelaki terdengar. Aku menoleh, kata-kata tidak masalah yang akan kuucapkan kembali tertelan tak mampu kukeluarkan. Senyuman manisku berubah kaku menjadi cengiran saat kutatap wajah peminta maaf itu. Wajah yang hanya bisa kulihat dari delapan meter tadi kini berjarak hanya tigapuluh centimeter di atas wajahku. Aku mengangguk cepat lalu permisi pergi, lebih lama disana mungkin aku akan pingsan karena detak jantung yang tak terkontrol. Wajahku memerah seperti kepiting yang dimasak ibu untuk sarapan pagi tadi. Kebahagiaanku pagi ini, mungkin akumulasi kebahagiaan untuk seminggu ke depan.

#tantanganfiksi odop4 #tantangan5 #cintapertama

Komentar

  1. Duh sweet-nya jadi keingat masa sekolah. Senyum2 sendiri jadinya hehe keren mbak ceritanya

    BalasHapus
  2. Duh kalo cinta mh gitu yaah, yg diperut gak cuma makanan sama cacing, tapi kupu" juga eh 🙊😂😂

    BalasHapus
  3. Celoteh semasa sekolah...renyah dan asyik banget...." Maaf ga sengaja"...beneran g sengaja? Hahaha

    BalasHapus
  4. duhhh serunya kok aku bacanya jadi senyum2 sendiiri ya 😂

    BalasHapus
  5. sampeb bunga sakura pun hadir di sana, mantaaaapp (y)

    BalasHapus
  6. Semangat ikutan upacara biar bisa lihatin si dia. Duhduh kok aku ikutan senyumsenyum gini 😂

    BalasHapus
  7. Wah zaman sekolah penuh berbunga bunga, teringat masa2 ku dulu. Ngefans sama kakak kelas, tp malu utk mengungkapkan, jadilah dipendam sendiri. :D

    BalasHapus
  8. Jadi zaman SMA penuh dengan kenangan.
    So sweet deh

    BalasHapus
  9. Tanteeee... gile keren bgt ini.

    Bikin orang cengar cengir sendiri.

    BalasHapus
  10. haha aku senyum2 bacanyaaaa mbaa, kerem

    BalasHapus
  11. Bahagianya sampe seminggu uhuk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadi Blogger Profesional bersama ODOP Blogger Squad

Ganti Domain Blog-mu jadi .com dengan Mudah

Beri Makan Kucingmu dengan satu klik dari Handphonemu dengan Bardi Smart Pet Feeder!