Kami Yang Tak Bertuan
‘BRUAKKK’
Anakku terbentur tumpukan kardus
bekas, hatiku nanar menatapnya. Lagi-lagi manusia itu menendang anakku dengan
semena-mena. Secepat kilat aku berlari ke tempat anakku, tubuhnya bergetar
hebat, masih belum terbiasa dengan perlakuan yang diterimanya. Kali ini karena
dia terlalu asyik menatap burung dalam sangkar peliharaan manusia itu. Namun,
seperti biasa, manusia itu menunjukkan ketidaksukaannya akan keberadaan kami.
Hatiku sakit, apa salah kami
sesungguhnya? Kami hanya menumpang tinggal di area ini, bukan di dalam rumah
pun di halamannya. Kami tinggal di buminya Allah, ini hak kami. Kami pun tak
pernah menuntut apapun padanya, pada manusia itu. Kami hanya makan sisa
makanannya yang sudah dibuangnya ke sampah. Aku sungguh heran, kenapa dia tak
sesuka itu pada kami. Bukan sekali-duakali kurasakan pedihnya perlakuan
kasarnya, pernah dia siram kami dengan air sisa cucian, dia lempar kami dengan
batu, bahkan dia menendang kami seperti yang barusan dia lakukan pada anakku. Bagiku
lebih baik, dia lakukan itu padaku, tapi jangan anakku, dia masih kecil. Aku khawatir
dia akan merasa trauma dan menganggap semua manusia sama seperti dia. Padahal
tidak, masih ada yang baik pada kami.
Manusia baik itu salah satunya
gadis kecil, anak dari manusia jahat itu. Tak jarang, dia mengendap-endap
berharap tak ketahuan bapaknya memberi makan kami. Bahkan, sering dia
memberikan lauknya pada kami, walaupun hanya sebuah tempe, dia bagi dua
untuknya dan untuk kami. Pernah kulihat dia menangis saat memandang kami
diperlakukan tak baik oleh bapaknya, pernah juga dia menasihati bapaknya untuk
tak berlaku seperti itu pada kami, namun marah yang dia dapat. Aku turut sedih
melihat kesedihannya.
Rasanya nyaman, saat dia membelaiku
sambil mengucapkan permohonan maaf atas perbuatan bapaknya. Dia begitu tulus, aku
bersyukur pada Allah, masih ada manusia yang baik pada kami. Aku ingat saat
ibuku dulu bercerita bahwa Rasul mereka, Muhammad SAW juga sangat menyayangi
bangsa kami. Beliau berpesan, jangan pernah membenci manusia apapun perlakuan
mereka terhadap kami, karena sebetulnya mereka lembut, mungkin saat ini belum,
tapi nanti pasti. Hal ini juga yang selalu kuucapkan pada anakku, semoga dia
bisa memahami.
Andai manusia bisa memahami bahasa
kami, kami akan menanyakan alasan mereka tidak menyukai kami. Kami akan
berusaha merubah sikap kami yang tidak kalian sukai, maafkan kalau kami tak
seindah dan tidak selucu dia, yang masih keluarga kami namun berbeda ras. Kalian
bisa bersikap baik padanya, bahkan kalian berikan dia kehidupan ‘wah’. Kenapa pada
kami begitu berbeda?
Kami, kucing jalanan yang tak
bertuan.
Masya allah... ini nyess ko ya...
BalasHapusNyess.dingin a jee😁
Hapus