Keluarga Tanpa Listrik
Aku duduk di teras, menikmati semilir angin malam yang dingin. Langit masih menitikkan hujan sejak sore tadi. Tak nampak satupun bintang di langit, pekat bagai kopi di gelas bapak. Aku hanya berteman cahaya api kecil dari lilin yang bergoyang-goyang diterpa angin malam karena baru saja listrik padam mungkin terkena gangguan karena hujan.
Di dalam rumah terdengar suara bapak yang sedang mengajari adik tugas sekolah. Kebetulan beliau dulu mengambil jurusan yang sama dengan yang ditempuh adikku sekarang. Sedikit banyak beliau masih mengingatnya, walaupun pendidikan sekarang jauh lebih berkembang dari masa beliau bersekolah. Kulihat ibu hanya diam sambil memperhatikan, terkadang tertawa melihat ekspresi gemas bapak karena adikku tak kunjung mengerti penjelasan bapak.
Lumayan juga, sesekali menikmati malam tanpa listrik seperti ini. Rasanya tenang, ditambah suara hujan yang bergemericik layaknya simponi yang dialunkan oleh mozart. Jalanan pun sunyi, tak ada kendaraan yang berlalu lalang seramai biasanya. Mungkin semua orang sedang bergelung di dalam selimutnya mencari kehangatan.
Terkadang kita membutuhkan moment seperti ini untuk istirahat seperti yang kulakukan, duduk menikmati malam setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang tiada henti. Atau, berkumpul dengan keluarga sekedar bertanya apa yang di lakukan hari ini, seperti yang di lakukan keluargaku di ruang keluarga. Biasanya, kita pasti sudah diam, asyik dengan gadget masing-masing. Memang setiap kejadian akan membawa hikmah.
Tersenyum di setiap kejadian
Salam untuk keluargaa :) Kehangatan keluarga itu sesuatu yang sanagt berharga
BalasHapusiya mba, semakin berkembang zaman dan kesibukkannya. makin mengikis kebersamaan
Hapus