Mimpi, Usaha dan Batu

Daun-daun bergemeresak diterpa angin yang berhembus sepoi-sepoi. Aku duduk di bawah rindang pohon mangga halaman rumah sambil membaca buku yang kemarin aku pinjam di perpustakaan kota. Perpustakaan di kotaku cukup lengkap, banyak koleksi buku yang bisa kita pinjam dengan gratis. Mulai dari buku pengetahuan, karya sastra bahkan komik pun ada. Tak terlihat sosok matahari, awan mendung menutupinya. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan, sebaiknya aku melanjutkan membaca buku di dalam rumah saja.

Tak lama aku masuk rumah, hujan tiba-tiba deras mulai. Syukur aku tidak terlambat masuk rumah, kalau tidak, celaka, bisa basah bukuku nanti. Buku pinjaman ini harus aku jaga dengan baik apalagi ini salah satu referensi untuk karya tulis yang akan aku ikutkan dalam kompetisi nasional. Jika aku bisa memenangkan kompetisi itu, aku bisa menambah koleksi sertifikat yang akan memudahkanku untuk mendapat beasiswa kuliah di universitas ternama di luar negeri. Bukan karena universitas dalam negeri kurang baik, tapi aku ingin memepelajari ilmu agama di negeri para nabi. Membayangkannya saja sudah membuatku merasa sangat bersemangat. Ah, aku akan berusaha maksimal demi impianku ini.

Tampak ibu sedang sibuk di dapur memasak untuk makan malam nanti. Beliau sosok yang mengagumkan bagiku, penuh cinta terhadap keluarganya. Karirnya sebagai seorang sekretaris pimpinan sebuah perusahaan besar beliau lepaskan, demi menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga. Kini beliau bukan hanya ibu rumah tangga biasa, beliau mampu menjalankan butiknya sendiri dan sukses. Tentu saja itu tidak mudah, beliau pernah menceritakan padaku bagaimana dulu keluarga ibu menentang pernikahannya dengan ayah, karena ayah hanya seorang guru di pesantren, banyak kata-kata yang membuat hati ibu berdarah. Namun, yang namanya jodoh memang tidak akan pernah tertukar. Kegigihan ayah akhirnya meluluhkan hati keluarga ibu. Kata ibu, sekeras batu pun, lama-lama akan berlubang juga kalau ditetesi air terus-menerus.

Butik ibu, dimulai dari sebuah toko kecil di depan rumah. Garasi mobil yang tak pernah terpakai, karena kami tak memiliki mobil di sulap ayah menjadi cikal bakal butik ibu kini. Bermodalkan satu mesin jahit ibu menjahit baju-baju pesanan pelanggan. Dengan sabar dan tekun beliau menjalani hari-hari itu. Kini ibu menikmati hasil usahanya, butik yang dirintisnya penuh perjuangan kini telah sukses, dan memiliki banyak pekerja.

Prinsip ayah dan ibu itulah yang kupegang selama hidupku ini. Terus berusaha untuk meraih yang dicita-citakan. Selama itu baik, akan selalu ada jalan untuk meraihnya. Apalagi beliau berdua selalu mendukungku, tak ada alasan bagiku untuk bermalas-malasan apalagi menyerah. Itu tak akan pernah ada dalam kamusku. Berusaha sebaik-baiknya dan menyerahkan hasilnyan pada Allah SWT. Karena Dialah yang Maha Mengetahui dan Maha Menciptakan skenario terbaik untuk kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jadi Blogger Profesional bersama ODOP Blogger Squad

Ganti Domain Blog-mu jadi .com dengan Mudah

Beri Makan Kucingmu dengan satu klik dari Handphonemu dengan Bardi Smart Pet Feeder!